Derita karena kesenangan

Kamis, 27 Februari 20140 komentar




Ada seorang ustadz yang sering berceramah dikota pulang kedesanya. Ia memang sudah sering mengisi pengajian di hotel – hotel dan masjid di kota besar. Tentu saja ia membawa oleh – oleh uang yang cukup untuk anak isterinya. Tetapi ia tidak lupa kepada manusia – manusia yang hidup dikanan kirinya. Ia selalu ,membagi – bagikan sebagian uangnya kepada fakir miskin, baik itu keluarganya maupun tetangganya.

Pada suatu malam, ia mengisi aacara pengajian didesa sebelah. Jamaahnya kebanyakan terdiri dari orang – orang dengan ekonomi lemah.

Ketika ia akan pulang, takmir masjid menyampaikan tanda terima kasih berupa amplop berisi uang. Ustadz pun menolak keras.
“ sang takmir masjid  pun berusaha memohon agar uang diterima oleh pak ustadz, nanti jamaah tersinggung karna uang ini amat sedikit. Ini uang halal. Sebab jamaah kita tak ada kesempatan untuk korupsi . mereka adalah penyabit rumput, penyadap nira siwalan, buruh harian, tukang batu, petani kecil dan lain – lain. Uang ini adalah hasil kucuran keringat meraka. Hargailah sebagai ikatan persaudaraan sesame muslim”

Hati ustadz gemetar mendengar ucapan sang takmir itu. Ia tak kuasa menolak. Terpaksa ia terima amplop dengan penuh rasa haru. Kemudian ia pulang dengan perasaan yang lain dari yang lain.

Semalam penuh ia tak bias tidur memikirkan pemberian orang-orang kecil itu. Keesokan harinya ia pergi kepasar ,membeli baju batik sederhana dengan uang pemberian sederhana tersebut.

Sejak itu, tiap akan mengisi ceramah di mana-mana, baju itulah yang ia minta dipersiapkan kepada isterinya. Sampai pada suatu ketika isterinya bertanya:
            “ kenapa baju ini yang paling sering engkau pakai, padahal kainnya tidak bagus dan coraknya biasa-biasa aja?’’



“baju ini sangat istimewa bagiku. Ini merupakan pemberian fakir miskin desa sebelah. Bila aku memakai baju ini, tubuhku bagaikan berselimut kasih saying mereka yang tercelup sibgha Allah. Lalu aku ingin senyumku menjadi bagian dari senyum mereka dan aku ingin air mataku senapas dengan air mata mereka.”
Share this article :
 
Support : Mahatma-Tambun | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2015. Inside Mahatma - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger